HalamanUnduh untuk Taufiq Ismail Pakai 'K' Dan Tuduhan Plagiarisme Puisi, klik untuk mengunduh koleksi gambar-gambar lain yang terdapat di kibrispdr.org. Foto; Wallpaper; Taufiq Ismail Pakai 'K' Dan Tuduhan Plagiarisme Puisi. Pilih server untuk download Gambar. Dimensi Gambar. Karya ini dilisensikan di bawah . Pelajari lanjut tentang Kumpulanpuisi Debu di Atas Debu: Kumpulan Puisi Dwi-Bahasa karya Taufik Ismail merupakan catatan-catatan emosional zaman dengan gejolak politik dan sikap bangsa Indonesia. Jenis penelitian ini berupa kualitatif dengan metode analisis isi (content analysis) serta pendekatan sosiologi sastra. Hal ini bertujuan untuk mendeskripsikan kepengarangan kumpulanPantun dan puisi pendek,puisi cinta, puisi kuno, puisi bebas, puisi ibu, puisi pendidikan, puisi sahabat, puisi indah Vay Tiền Nhanh Chỉ Cần Cmnd Nợ Xấu. – Nama “Taufiq Ismail” sering kali mengisi di buku pelajaran sekolah, khususnya pada mata pelajaran bahasa Indonesia. Ini tak mengejutkan, mengingat beliau adalah salah satu penyair legendaris di republik Indonesia. Puisi-puisi Taufiq Ismail kebanyakan berisi tentang kritikan terhadap era orde baru, namun beliau juga menulis puisi tentang agama dan kecintaan terhada alam bumi pertiwi. Biodata Taufiq Ismail Taufiq Ismail lahir pada tanggal 25 Juni 1935 di Pandai Sikek, Tanah Datar, Sumatra Barat, Indonesia. Taufiq Ismail lahir dari pasangan suami istri A. Gaffar Ismail Ayah dan Siti Nur Muhammad Nur Ibu. Taufiq Ismail sekolah SD di Kota SOlo, Semarang, dan Yogyakarta. Lalu Sekolah SMP di Bukit Tinggi, sumatra Barat. Kemudian sekolah SMA di Pekalongan, Jawa Tengah. Terakhir Beliau melanjutkan kuliah di FKHP-UI Bogor Fakultas Kedokteran Hewan dan Peternakan Universitas Indonesia pada tahun 1963. Taufiq Ismail tumbuh besar dalam ruang lingkup keluarga guru dan wartawan yang pada umumuny suka membaca. Sebenarnya Taufiq Ismail memiliki cita-cita untuk menjadi sastrawan semenjak Dirinya berada di sekolah SMA. Sebagai Sastrawan, Taufiq Ismail sering tampil membaca puisi di muka umum. Bukan hanya di dalam negeri, Taufiq Ismail juha membaca puisi di berbagai event sastra dan festival sastra di luar negeri, yang meliputi 24 Kota di Asia, Australia, Eropa, Mareka, bahkan Afrika. Menurut Taufiq Ismail, Puisi akan mendapatkan tubuh/badan yang LENGKAP jika setelah ditulis, lalu dibaca di depan banyak orang. Penghargaan Yang Diperoleh Taufiq Ismail Mendapat Anugerah Seni dari Pemerintah 1970, Cultural Visit Award dari Pemerintah Australia 1977, South East Asia Write Award dari Kerajaan Thailand 1994, Penulisan Karya Sastra dari Pusat Bahasa 1994. Dua kali ia menjadi penyair tamu di Universitas Iowa, Amerika Serikat 1971-1972 dan 1991-1992, lalu pengarang tamu di Dewan Bahasa dan Pustaka, Kuala Lumpur 1993. Tahun 2003, Taufiq Ismail mendapat penghargaan doktor honoris causa dari Universitas Negeri Yogyakarta. Pada tahun 2016, Taufiq Ismail pernah menghebohkan seluruh Indonesia karena kontoversi yang dilakukannya, dengan menyebut bahwa lagu nasional kebangsaan Indonesia yang berjudul “Bagimu negeri” ciptaan Kusbini, dinilai SESAT oleh Taufiq Ismail. Berikut Puisi Taufiq Ismail terbaik menurut Erwin Pratama. 1. Puisi Dengan Puisi Aku Karya Taufik Ismail 1966 DENGAN PUISI AKU – Dengan puisi aku bernyanyi Sampai senja umurku nanti Dengan puisi aku bercerita Berbaur cakrawala – Dengan puisi aku mengenang Keabadian Yang Akan Datang Dengan puisi aku menangis Jarum waktu bila kejam mengiris – Dengan puisi aku mengutuk Napas jaman yang busuk Dengan puisi aku berdoa Perkenankanlah kiranya Arti Dengan Puisi Karya Taufiq Ismail Sebagai seorang penyair, Taufiq Ismail mencurahkan seluruh hidupnya untuk puisi. Puisi ini bertema tentang keburukan jaman atau bisa juga tentang negeri yang membusuk. Lewat puisi, sekiranya Taufiq Ismail berdoa agar zaman yang buruk ini berubah menjadi lebih baik. 2. Kita Adalah Pemilik Sah Republik Ini Karya Taufiq Ismail 1966 KITA ADALAH PEMILIK SAH REPUBLIK INI – Tidak ada pilihan lain. Kita harus berjalan terus Karena berhenti atau mundur Berarti hancur Apakah akan kita jual keyakinan kita Dalam pengabdian tanpa harga Akan maukah kita duduk satu meja Dengan para pembunuh tahun yang lalu Dalam setiap kalimat yang berakhiran “Duli Tuanku?” Tidak ada lagi pilihan lain – Kita harus berjalan terus Kita adalah manusia bermata sayu, Yang di tepi jalan Mengacungkan tangan untuk oplet dan bus yang penuh – Kita adalah berpuluh juta yang bertahun hidup sengsara Dipukul banjir, gunung api, kutuk dan hama Dan bertanya-tanya inikah yang namanya merdeka Kita yang tidak punya kepentingan dengan seribu slogan Dan seribu pengeras suara yang hampa suara Tidak ada lagi pilihan lain. Kita harus Berjalan terus. Arti Puisi Kita Adalah Pemilik Sah Republik Ini Karya Taufiq Ismail Puisi ini dibuat di tahun 1966, yang merukan tahun pertama zaman orde baru. Tidak ada pilihan lain, negara ini harus tetap maju. Menengok kebelang, bangsa ini pernah dijajah oleh negara lain. Tentuk Kita tidak ingin bangsa Indonesia ini dijajah kembali oleh negara lain. Kita rakyat indonesia telah merasakan penderitaan yang berkepanjangan. Apakah Indonesia benar-benar sudah merdeka? Para pemimpin mempunya kepentingan tersendiri. Dimana rakyat tidak bisa dengan bebas menyuarakan pendapatnya. Tapi tak ada pilihan lain, negara ini harus tetap maju. 3. Doa Karya Taufiq Ismail 1966 DOA – Tuhan kami, Telah nista kami dalam dosa bersama, Bertahun membangun kultus ini, Dalam pikiran yang ganda… – Dan menutupi hati nurani, Ampunilah kami, Ampunilah, Amin… – Tuhan kami, Telah terlalu mudah kami, Menggunakan asmaMu, Bertahun di negeri ini, Semoga… – Kau rela menerima kembali, Kami dalam barisanMu, Ampunilah kami, Ampunilah, Amin… Arti Puisi Doa Karya Taufiq Ismail Memohon ampunan kepada Tuhan karena telah melakukan banyak dosa. Atau bisa juga memiliki arti lain, seperti Telah berdosa Kami karena menjalankan perintah agama dengan pikiran ganda atau dengan maksud lain. Menggunakan Nama Tuhan sebagai aksi berpolitik dalam negeri. Menjual agama dengan politik. 66, Takut 98 Karya Taufiq Ismail 1998 TAKUT 66, TAKUT 98 – Mahasiswa takut pada dosen, Dosen takut pada dekan, Dekan takut pada rektor, Rektor takut pada menteri, Menteri takut pada presiden, Presiden takut pada mahasiswa, takut “66, takut “98… Arti Puisi Takut 66, Takut 8 Karya Taufiq Ismail Puisi ini dirilis pada tahun 1998, dimana terjadi demo besar di Indonesia pada tahun tersebut. Puisi ini menggambarkan bahwa bawahan yang takut pada atasan. Pangkat/jabatan rendah pasti akan kalah dengan pangkat/jabatan yan lebih tinggi. Namun di puisi ini digambar kan bahwa Presiden Soeharto takut kepada Mahasiswa yang melakukan demo. Angka 66 adalah tahun 1966, dimana orde baru dimulai, yang dipimpin oleh Presiden Soeharto. lalu 98 adalah tahun 1998, dimana orde baru berakhir, saat Presiden Soeharto lengser dari jabatannya sebagai presiden. 5. Dari Catatan Seorang Demonstran Karya Taufiq Ismail 1993 DARI CATATAN SEORANG DEMONSTRAN – Inilah peperangan, Tanpa jenderal, tanpa senapan, Pada hari-hari yang mendung, Bahkan tanpa harapan… – Di sinilah keberanian diuji, Kebenaran dicoba dihancurkan, Pada hari-hari berkabung, Di depan menghadang ribuan lawan… Arti Puisi Dari Catatan Seorang Demonstran Karya Taufiq Ismail Perang ini tidak melibatkan jenderal dan tidak melibatkan senjata. Ini adalah perang demonstran melawan penguasa rezim diktator. Hari yang suram, dan tanpa harapan, di hati rakyat dan di hati para demonstran. Keberanian para demonstran diuji untuk melawan rezim. Karena kebenaran telah dihancurkan oleh penguasa dzalim. Para demonstran siap mengorbankan nyawa. Didepan sudah terlihat banyak sekali lawan pasukan keamanan yang menghadang aspirasi demonstran. Puisi ini dibuat pada tahun 1993, tahun dimana Pelantikan Soeharto dan Try Sutrisno sebagai Presiden dan Wakil Presiden Republik Indonesia. 6. Nasehat-Nasehat Kecil Orang Tua Pada Anaknya Berangkat Dewasa Karya Taudiq Ismail 1965 NASEHAT_NASEHAT KECIL ORANG TUA PADA ANAKNYA BERANGKAT DEWASA – Jika adalah yang harus kaulakukan, Ialah menyampaikan kebenaran, – Jika adalah yang tidak bisa dijual-belikan, Ialah yang bernama keyakinan… – Jika adalah yang harus kau tumbangkan, Ialah segala pohon-pohon kezaliman, – Jika adalah orang yang harus kau agungkan, Ialah hanya Rasul Tuhan… – Jika adalah kesempatan memilih mati, Ialah syahid di jalan Ilahi… Arti Puisi Nasehat-Nasehat Kecil Orang Tua Pada Anaknya Berangkat Dewasa Karya Taudiq Ismail Puisi ini secara umum mengisahkan nasehat-nasehat yang berguna dari Orang tua kepada anaknya yang beranjak dewasa. Jika ada yang harus dilakukan, adalah menyampaikan kebenaran. Jika ada yang tidak bisa dijual belikan, itu adalah keyakinan agama dan prinsip hidup. Jika ada yang harus dihancurkan, adalah segala perbuatan kezaliman perbuatan keburukan. Jika ada yang harus Kau agungkan/besarkan/tinggikan, adalah Nabi Tuhan Nabi Muhammad SAW. Jika meninggal, meninggal-lah dengan mati syahid atau meninggal dengan kebaikan, agar kelak masuk surga. 7. Sajadah Panjang Karya Taufiq Ismail SAJADAH PANJANG – Ada sajadah panjang terbentang Dari kaki buaian Sampai ke tepi kuburan hamba Kuburan hamba bila mati – Ada sajadah panjang terbentang Hamba tunduk dan sujud Di atas sajadah yang panjang ini Diselingi sekedar interupsi – Mencari rezeki, mencari ilmu Mengukur jalanan seharian Begitu terdengar suara azan Kembali tersungkur hamba – Ada sajadah panjang terbentang Hamba tunduk dan rukuk Hamba sujud dan tak lepas kening hamba Mengingat Dikau Sepenuhnya. Arti Puisi Sajadah Panjang Karya Taufiq Ismail Sajadah adalah kain yang digunakan sebagai alas dalam Sholat. Sajadah mencerminkan tentang sholat. Ibadah Solat harus dikerjakan dari sejak lahir sampai meninggal. Dalam sajadah ini, hamba tunduk dan sujud sholat, meskipun ada interupsi gangguan pikiran duniawi. Mencari rezeki atau mencari ilmu, namun ketika terdengar suara adzan, Hamba kembali Sholat. Dalam sajadah yang terbentang ini, Hamba beridah sholat, rukuk dan sujud, mengingat Allah SWT sepenuhnya. 8. Kembalikan Indonesia Padaku Karya Taufiq Ismail 1971 KEMBALIKAN INDONESIA PADAKU – Hari depan Indonesia adalah dua ratus juta mulut yang menganga, Hari depan Indonesia adalah bola-bola lampu 15 wat, sebagian berwarna putih dan sebagian hitam, yang menyala bergantian, Hari depan Indonesia adalah pertandingan pingpong siang malam dengan bolayang bentuknya seperti telur angsa, Hari depan Indonesia adalah pulau Jawa yang tenggelam karena seratus juta penduduknya, – Kembalikan Indonesia padaku – Hari depan Indonesia adalah satu juta orang main pingpong siang malam dengan bola telur angsa di bawah sinar lampu 15 wat, Hari depan Indonesia adalah pulau Jawa yang pelan-pelan tenggelam lantaran berat bebannya kemudian angsa-angsa berenang-renang di atasnya, Hari depan Indonesia adalah dua ratus juta mulut yang menganga, dan di dalam mulut itu ada bola-bola lampu 15 wat, sebagian putih dan sebagian hitam, yang menyala bergantian, Hari depan Indonesia adalah angsa-angsa putih yang berenang-renang sambil main pingpong di atas pulau Jawa yang tenggelam dan membawa seratus juta bola lampu 15 wat ke dasar lautan, – Kembalikan Indonesia padaku – Hari depan Indonesia adalah pertandingan pingpong siang malam dengan bola yang bentuknya seperti telur angsa, Hari depan Indonesia adalah pulau Jawa yang tenggelam karena seratus juta penduduknya, Hari depan Indonesia adalah bola-bola lampu 15 wat, sebagian berwarna putih dan sebagian hitam, yang menyala bergantian, Kembalikan Indonesia padaku Arti Puisi Kembalikan Indonesia Padaku Karya Taufiq Ismail Masa depan Indonesia adalah 200 juta penduduk Indonesia yang kelaparan. Masa depan Indonesia sepertinya akan kekurangan energi, banyak listrik mati-hidup bergantian. Masa depan indonesia seperti pertandingan bola pimpong, yang tidak bisa diprediksi arahnya kemana. Masa depan Indonesia adalah pulu jawa yang Terjatuh akibat populasi 100 juta penduduknya 200 juta populasi Indonesia, setengahnya berada di pulau jawa. Masa depan Indonesia adalah semakin banyak penguasa yang membuat carut marut Indonesia dari siang hingga malam. Masa depan Indonesia adalah dikuasai oleh Orang luar negeri. Yang membuat pulau jawa pusat Indonesia mengalami keterpurukan. kembalikan Indonesia Padaku. 9. Bagaimana Kalau Karya Taufiq Ismail 1966 BAGAIMANA KALAU – Bagaimana kalau dulu bukan khuldi yang dimakan Adam, tapi buah alpukat, Bagaimana kalau bumi bukan bulat tapi segi empat, Bagaimana kalau lagu Indonesia Raya kita rubah, dan kepada Koes Plus kita beri mandat, Bagaimana kalau ibukota Amerika Hanoi, dan ibukota Indonesia Monaco, Bagaimana kalau malam nanti jam sebelas, salju turun di Gunung Sahari, Bagaimana kalau bisa dibuktikan bahwa Ali Murtopo, Ali Sadikin dan Ali Wardhana ternyata pengarang-pengarang lagu pop, Bagaimana kalau hutang-hutang Indonesia dibayar dengan pementasan Rendra, Bagaimana kalau segala yang kita angankan terjadi, dan segala yang terjadi pernah kita rancangkan, Bagaimana kalau akustik dunia jadi sedemikian sempurnanya sehingga di kamar tidur kau dengar deru bom Vietnam, gemersik sejuta kaki pengungsi, gemuruh banjir dan gempa bumi sera suara-suara percintaan anak muda, juga bunyi industri presisi dan margasatwa Afrika, Bagaimana kalau pemerintah diizinkan protes dan rakyat kecil mempertimbangkan protes itu, Bagaimana kalau kesenian dihentikan saja sampai di sini dan kita pelihara ternak sebagai pengganti Bagaimana kalau sampai waktunya kita tidak perlu bertanya bagaimana lagi. Arti Puisi Bagaima Kalau karya Taufiq ismail Secara garis besar puisi ini bermakna, bagaimana jika sesuatu terjadi tidak semestinya atau bagaimana jika sesuatu terjadi kebalikannya. Puisi ini terbit pada tahun 1966, dimana pemerintahan orde baru yang dipimpin oleh presiden Soeharto dimulai. Poin penting dalam puisi ini adalah Bagaimana jika keadaan dibalik, “Bagaimana kalau pemerintah diizinkan protes dan rakyat kecil mempertimbangkan protes itu,”. Sedangkan Kita tahu, pada zaman orde baru, rakyat tidak diizinkan protes kepada pemerintahan. Bagaimana kalau waktunya tiba, rakyat tidak diizinkan bertanya, tidak diizinkan bersuara, kepada pemerintahan saat itu? 10. Puisi Tentang Sersan Nurcholis Karya Taufiq Ismail TENTANG SERSAN NURCHOLIS – Seorang Sersan Kakinya hilang Sepuluh tahun yang lalu – Setiap siang Terdengan siulnya Di bengkel arloji – Sekali datang Teman-temannya Sudah orang resmi – Dengan senyum ditolaknya Kartu anggota Bekas pejuang – Sersan Nurcholis Kakinya hilang Di jaman Revolusi – Setiap siang Terdengan siulnya Di bengkel aroloji Arti Puisi Tentang Sersan Nurcholis Karya Taufiq Ismail Puisi ini menceritkan tentang mantan seorang pejuang berpangkat sersan bernama Nurholis. Sersan Nurcholis kehilangan kakinya saat Dirinya berperang di masa lalu. Kini Sersan nurcholis bekerja di bengkel arloji. Suatu hari temannya datang, mereka sudah diangkat sebagai pejuang yang resmi, Mereka menawarkan Nurcholos untuk jadi seperti Mereka, Namun Nurcholis menolaknya. Karena Nurcholis berjuang dengan rela dan ikhlas untuk negeri ini. Puisi Karya Taufik Ismail – Siapa yang tidak mengenal sosok aktivis, sastrawan dan penyair terkenal bernama Taufik ismail? Puisi-puisi sang pujangga, selalu memiliki pesan-pesan moral yang mendalam. Taufik Ismail tumbuh dalam keluarga guru dan wartawan yang suka membaca, sehingga tidak heran jika ia telah bercita-cita menjadi seorang sastrawan sejak masih duduk di bangku SMA. Selain menjadi sastrawan, ia juga menjadi dokter hewan dan ahli peternakan karena ingin memiliki bisnis peternakan guna menafkahi cita-cita kesastraannya. Bagaimana? Begitu menarik bukan sosok sang pujangga? Pada artikel ini kita akan mengulas tentang makna di balik beberapa puisi karya beliau yang syarat akan makna dan pesan kehidupan. Puisi Karya Taufik Ismail Singkat Paling Terkenal Beberapa puisi yang akan kita bahas antara lain Kerendahan Hati Kalau engkau tak mampu menjadi beringin Yang tegak di puncak bukit Jadilah belukar, tetapi belukar yang baik, Yang tumbuh di tepi danau Kalau kamu tak sanggup menjadi belukar, Jadilah saja rumput, tetapi rumput yang Memperkuat tanggul pinggiran jalan Kalau engkau tak mampu menjadi jalan raya Jadilah saja jalan kecil, Tetapi jalan setapak yang Membawa orang ke mata air Tidaklah semua menjadi kapten Tentu harus ada awak kapalnya…. Bukan besar kecilnya tugas yang menjadikan tinggi Rendahnya nilai dirimu Jadilah saja dirimu…. Sebaik-baiknya dari dirimu sendiri Puisi tersebut bertema tentang kerendahan hati yang dimiliki oleh seseorang. Pada kalimat “Yang tegak di puncak bukit” kita dapat melihat bahwa penulis menggunakan citraan penglihatan, dimana penulis seolah-olah melihat dan mempengaruhi pembaca untuk seolah-olah melihat sesuatu yang tegak di puncak bukit. Pada kalimat “Jalan setapak yang membawa orang ke mata air” penulis menggunakan majas personifikasi, yaitu jenis majas yang membuat benda mati seolah-olah hidup. Pada kalimat “menjadi jalan raya” penulis menggunakan majas metafora, yaitu jenis majas perumpamaan. Pada kalimat “menjadi jalan raya” penulis menggunakan majas hiperbola, penulis menyampaikan sesuatu secara berlebihan. Puisi tersebut dituliskan dengan tujuan dan amanat untuk mengajak seseorang agar selalu bersikap rendah hati dan tidak sombong, serta menjadikan hidup yang lebih bermanfaat untuk orang lain. Dalam kehidupan sehari-hari, kita tidak akan terlepas dari peranan orang lain sehingga sangat penting untuk kita agar bersikap rendah hati. Dengan Puisi, Aku Dengan puisi aku bernyanyi Sampai senja umurku nanti Dengan puisi aku bercinta Berbatas cakrawala Dengan puisi aku mengenang Keabadian Yang Akan Datang Dengan puisi aku menangis Jarum waktu bila kejam mengiris Dengan puisi aku mengutuk Nafas zaman yang busuk Dengan puisi aku berdoa Perkenankanlah kiranya Pada puisi di atas penulis mencoba menyampaikan tentang kegunaan puisi, penulis berusaha menggambarkan curahan hatinya pada puisinya. Dengan berpuisi, penulis menuangkan segala suasana hatinya hingga segala peristiwa yang dialaminya. Pada puisi di atas, penulis tidak lupa menyampaikan nasihat bahwa kita harus terus berkarya, memperdulikan lingkungan sekitar kita, serta mengajak untuk sejenak merenungkan diri dan terus berdoa. Puisi ini memiliki unsur tentang kemanusiaan yang sangat kental. Penulis berusaha menceritakan keyakinannya bahwa manusia memiliki martabat yang tinggi, oleh karena itu manusia harus dihargai. Karangan Bunga Tiga anak kecil Dalam langkah malu-malu Datang ke salemba Sore itu. “Ini dari kami bertiga Pita hitam pada karangan bunga Sebab kami ikut berduka Bagi kakak yang ditembak mati Siang tadi Puisi di atas bertema tentang kepahlawanan. Hal tersebut didasari bahwa puisi dituliskan sang pujangga sebagai gambaran kejadian setelah terjadinya peristiwa penembakan terhadap seorang mahasiswa Universitas Indonesia, oleh pasukan Tjakrabirawa. Kejadian tersebut lantas mengundang simpati dan duka seluruh rakyat Indonesia, bahkan simpati dari mereka yang tak paham akan apa yang terjadi dibalik demonstrasi tersebut yang digambarkan Taufiq dengan sosok Tiga anak kecil’ yang masih lugu dan malu-malu’. Karangan bunga berpita hitam yang mereka bawa sebagai lambang suasana berkabung dan duka. Di dalam puisi, penulis juga menyampaikan amanat agar kita hendaknya mengingat dan mengenang jasa para pahlawan yang telah rela berkorban untuk Negara kita. Membaca Tanda-Tanda Ada sesuatu yang rasanya mulai lepas dari tangan dan meluncur lewat sela-sela jari kita Ada sesuatu yang mulanya tidak begitu jelas tapi kita kini mulai merindukannya Kita saksikan udara abu-abu warnanya Kita saksikan air danau yang semakin surut jadinya Burung-burung kecil tak lagi berkicau pergi hari Hutan kehilangan ranting Ranting kehilangan daun Daun kehilangan dahan Dahan kehilangan hutan Kita saksikan zat asam didesak asam arang dan karbon dioksid itu menggilas paru-paru Kita saksikan Gunung membawa abu Abu membawa batu Batu membawa lindu Lindu membawa longsor Longsor membawa air Air membawa banjir Banjir air mata Kita telah saksikan seribu tanda-tanda Bisakah kita membaca tanda-tanda? Allah Kami telah membaca gempa Kami telah disapu banjir Kami telah dihalau api dan hama Kami telah dihujani api dan batu Allah Ampunilah dosa-dosa kami Beri kami kearifan membaca tanda-tanda Karena ada sesuatu yang rasanya mulai lepas dari tangan akan meluncur lewat sela-sela jari Karena ada sesuatu yang mulanya tak begitu jelas tapi kini kami mulai merindukannya Dalam puisi di atas, penulis mengajak pembaca untuk mencoba melihat, membaca dan memahami tanda-tanda yang alam berikan di sekitar kita. Pembaca diajak agar sadar dengan perubahan alam yang terjadi dimana alam yang dulunya asri, indah dan nyaman, kini menjadi rusak oleh tangan manusia. Penulis juga mengungkapkan kerinduannya dengan keindahan alam yang dahulu. Di dalam puisi, kita juga dapat menemukan ungkapan kekesalan yang dirasakan penulisnya. Penulis juga memberi amanat agar kita lebih peduli dengan gejala-gejala alam yang sering terjadi serta memahami arti penting menjaga lingkungan. Bagaimana? Sangat indah dan penuh makna kehidupan bukan beberapa puisi karya sang pujangga Taufik Ismail di atas? Pada dasarnya puisi memang digunakan sebagai media penyampai pesan, sehingga tidak heran jika penulis menyampaikan amanat-amanat yang mendalam dan berkaitan dengan kehidupan kita. Sikap rendah hati, mengingat jasa pahlawan serta membaca tanda-tanda alam dapat menjadi renungan tersendiri dalam diri kita. Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. Siapa yang tidak kenal dengan Taufik Ismail, beliau adalah seorang sastrawan senior yang dimiliki oleh Indonesia. Pria kelahiran Bukittinggi, 25 Juni 1935 ini dibesarkan dari keluarga guru dan wartawan, pengaruh lingkungan ini mempengaruhinya menjadi lebih peka dan kritis terhadap kehidupan di sekitar. Hal inilah yang membuatnya menjadi seorang sastrawan hebat pada masanya melalui puisi-puisinya yang melegenda. Puisi-puisi Taufik Ismail lebih sering mengangkat tema perjuangan dan nasionalisme. Bahkan hingga saat ini nama dan karyanya tetap dikenal oleh generasi sekarang, salah satu karya puisinya yang cukup terkenal berjudul "Sebuah Jaket Berlumur Darah" yang merupakan puisi yang mengusung sebuah perjuangan, berikut puisi berjudul "Sebuah Jaket Berlumur Darah" karya Taufik jaket berlumur darahKami semua telah menatapmu Telah berbagi duka yang agung Dalam kepedihan bertahuntahunSebuah sungai membatasi kitaDi bawah terik matahari JakartaAntara kebebasan dan penindasan Berlapis senjata dan sangkur bajaAkan mundurkah kita sekarangSeraya mengucapkan 'Selamat tinggal perjuangan' 1 2 3 Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya

puisi guru karya taufik ismail